Minggu, 20 Juli 2014

Perhitungan analisa laporan Keuangan POBO Rumah Sakit BLU

Pengertian : POBO

Kementrian kesehatan dan Kementerian keuangan sebagai dua kementrian yang membawahi Rumah sakit BLU menganggap analisa ini sangat penting dan pantas karenya hanya satu-satunya indicator keuangan yang dipakai dalam penilaian Kinerja pimpinan Rumah Sakit Badan Layanan umum (BLU) atau saat ini disebut IKT.

Analisa POBO berguna untuk melihat efisiensi biaya sekaligus kreatifiitas pimpinan BLU dalam meningkatkan pendapatan. Kedua hal ini naik pendapatan maupun biaya saling terkait dan saling berkontribusi dalam hasil perhitungan POBO. Prosentase POBO mana yang baik dalam menilai kinerja rumah sakit, apakah yang cenderung turun dari periode ke periode ataukah yang cenderung naik ?? kadang-kadang kita bisa saja salah menafsirkan suatu analisa keungan mana yang baik, ada analisa yang makin tahun makin kecil itu lebih baik ada pula yang sebaliknya, tentu saja untuk mengerti hal tersebut perlu pemahaman yang lebih mendalam. Untuk analisa POBO buat stakeholder (pemilik) tentu saja prosentase yang makin besar tiap tahun adalah makin baik karena artinya Rumah sakit makin efisien atau Rumah sakit makin baik dalam peningkatan pendapatannya sehingga suatu saat Rumah sakit tidak lagi bergantung pada Pemerintah yang selama ini masih dibantu pembiayaannya dari APBN. 

POBO adalah jenis analisa keuangan yang membandingkan antara Pendapatan operasional dengan Biaya Operasional PNBP (POBO=Pendapatan Operasional Biaya Operasional). Analisa ini dulu sering disebut juga CRR atau Cost Recovery rate. Apa itu Pendapatan Operasional dan apa itu Biaya Operasional dari sebuah Rumah Sakit BLU? ada baiknya kita mengerti dan menyatukan Persepsi, karena Kita tahu Pendapatan dalam laporan Keuangan Rumah Sakit BLU sesuai  Pedoman Akuntansi BLU (PA-BLU) adalah semua Pendapatan termasuk pendapatan yang diterima dari Pemerintah Pusat (APBN),


Pendapatan Operasional PNBP
Pendapatan Operasional PNBP dimaksud dalam POBO saya  artikan hanya Pendapatan Rumah Sakit saja, pendapatan PNBP yang dimaksud adalah pendapatan Operasional dan pendapatan Non Operasional. Pendapatan Operasional adalah pendapatan Jasa Layanan Rumah sakit  misalnya yang berasal dari pendapatan yang berasal dari rawat inap rawat jalan pasien, sedangkan yang dimaksud dengan pendapatan Non Operasional adalah Pendapatan yang berasal diluar kegiatan normal (kegiatan Utama) rumah sakit seperti sewa gedung, pendapatan denda keterlambatam, pendapatan sewa parker, pendapatan bunga bank atas simpanan dan lain-lain.


Contoh Laporan (Face) Laporan Operasional RS BLU









Apa itu Biaya Operasional ??

Kalau diatas kita sudah bahas soal Pendapatan operasional sekarang ada baiknya kita mengerti apa yang dimaksud dengan Biaya Operasional Rumah Sakit. Sebagaimana kita tahu bahwa Pengeluaran Rumah Sakit itu beraneka macam, juga jika kita melihat berdasarkan sumbernya bisa kita bagi menjadi dua yakni pengeluaran yang berasal dari Rumah Sakit sendiri biasa disebut PNBP maupun pengeluaran yang berasal dari dana APBN.


Apakah semua pengeluaran Rumah Sakit itu merupakan Biaya ???

pastinya bukan, karena didalam konsep akuntansi pengeluaran dapat dibedakan menjadi 2 yakni biaya atau Investasi, Pengertian pengeluaran biaya dan investasi ini akan dibahas lebih lanjut nanti, karena  perlu pembahasan lebih panjang. 
Biaya Operasional dalam Laporan Keuangan Rumah Sakit sesuai Pedoman Akuntansi BLU (PA-BLU) terbagi menjadi 2 (dua) yaitu Biaya Pelayanan dan Biaya Umum/Administrasi, saya yakin pembaca pasti bisa menafsirkan apa yg dimaksud dengan Biaya Pelayanan dan apa yang biaya Umum/adm, karena pada dasarnya ilmu Akuntansi adalah ilmu sosial yang bisa dicerna oleh siapa saja termasuk orang awam, sebenarnya ada 1 lagi biaya dalam laporan keuangan Rumah Sakit yakni Biaya lain-lain atau biaya Non operasional jenis biaya ini biasanya adalah biaya yang diluar kegiatan operasi normal rumah sakit, misalnya biaya administrasi bank, laba/rugi penjualan (pelepasan) asset tetap dan lain-lain, karena jumlahnya yang sangat sedikit dibandingkan biaya operasional biasanya dalam perhitungan analisa-analisa laporan keuangan biaya non operasional tersebut sering disatukan saja.

Jika dilihat dari sumber Pembiayaan maka biaya dapat dibagi 2 (dua) yakni biaya yang bersumber dari anggaran PNPB atau Rumah Sakit dan Biaya yang bersumber dari Anggaran DIPA APBN (Rupiah Murni) yang masih diberikan Pemerintah pada rumah sakit BLU biasanya berupa Gaji PNS dan Biaya Operasional lainnya yang masih disubsidi APBN seperti listrik, rekening air, bahan makanan pasien dan obat-obatan. Sebagaimana diketahui bahwa Pegawai rumah sakit BLU bisa terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai BLU yang diangkat sesuai dengan Peraturan. Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Biaya operasional yang dimaksud adalah semua biaya yang berasal dari anggaran Rumah sakit BLU (PNBP) maupun Anggaran APBN (Rupiah Murni) tanpa memasukan biaya Penyusutan (Amortisasi)


Contoh Laporan (Face) Laporan Operasional RS BLU (Biaya Operasional)


Biaya Operasional dimaksud adalah Jumlah antara Beban Layanan dan Bebasn Umum dan Administrasi dikurangi Biaya Penyusutan/ Amortisasi


Berapa sebenarnya Nilai POBO yang baik ??


Ini jawabannya agak nyeleneh alias riskan tergantung siapa yang menilai, tapi secara keilmuan dan kepentingan POBO yang baik mestinya diatas 100%, artinya apa ? tergantung siapa yang memandang :


  • Bagi Kementerian Keuangan kalau >100% subsidi bisa dicabut,termasuk subsidi Belanja Pegawai (Gaji PNS) karena semua sudah bisa diserahkan biaya pengelolaannya kepada Badan Layanan Umum (BLU)
  • Bagi BLU menjadi masalah, sebab dikahawatirkan jika subsidi semua dicabut termasuk Beban Gaji PNS dalam kondisi BLU yang belum stabil aliran kasnya dikhawatirkan dapat memicu ketidakstabilan kas apalagi bagi BLU yang masih sedikit cadangan kasnya, karena analisa POBO merupakan perhitungan satu tahun, bukan analisa bulanan.